A. Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
progresif dan ireversibel, dimana tubuh gagal mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan dan elektrolit seehingga menimbulkan uremia (Brunner, 1996)
Pasein dianggap telah masuk dalam
stadium gagal ginjal kronik bila hasil tes kreatinin klirens (CCT) kurang dari
25 ml/menit atau kreatinin darah lebih dari 5 mg/dl.
Berdasarkan hasil CCT, gagal ginjal
kronik dibagi atas:
·
100-75
ml/menit disebut cadangan ginjal menurun
·
75-26
ml/menit disebut gagal ginjal kronik
·
kurang dari 5
ml/menit disebut gagal ginjal terminal
Menurunnya faal ginjal pada CRF umumnya progresif, berlangsung beberapa
bulan sampai beberapa tahun dan melampaui tahapa-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap decrease renal reserve
Pada tahap ini ginjal berfungsi antara
40-75 % dari fungsi ginjal normal. Kadar ureum dan kreatinin masih dalam batas
normal dan belum menunjukkan adanya gejala akumulasi sisa metabolisme. Sekitar
50-60% jaringan ginjal mengalami kerusakan.
2. Tahap renal insufisiensi
Ginjal masih berfungsi 20-40%. Telah
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, gangguan ekskresi dan non ekskresi
sehingga kadar ureum dan kreatinin plasma meningkat. Terjadi gangguan dalam
buang air kecil dan anemia.
3. Tahap end stage renal disease
Fungsi ginjal menurun sampai kurang dari 15%.
Pengaturab hormone dan pengeluaran sisa metabolisme mengalami gangguan berat,
terjadi gangguan homeostasis sehingga kadar ureum dan kreatinin meningkat,
gangguan keseimbangan cairan dan elekstrlit, perubahan Ph dan gejala lainnya.
Pada tahap ini sudah memerlukan tindakan dialysis.
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik biasanya terjadi setelah pasien
mengalami berbagai macam penyakit yang merusak nefron, seperti : diabetes
mellitus, glomerulonefritis kronik, pyelonefritis, hipertensi tak terkontrol,
obstruksi saluran kemih, lesi herediter seperti pada ginjal polikistik,
gangguan pembuluh darah ginjal, obat-obatan, agen toksik dal lain-lain.
C. Patofisiologi
Pada saat fungsi
ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein tidak dapat dikeluarkan
melalui urin dan terakumulasi dalam darah dan terjadi uremia sehingga
mempengaruhi berbagai system dalam tubuh. Semakin tinggi kadar ureum dalam
darah gejala yang ditimbulkan semakin berat. Penurunan laju filtrasi glomerulus
semakin meningkatkan kadar ureum dan kreatinin darah serta menurunkan hasil
CCT.
Ginjal cenderung
menahan natrium dan air sehingga menimbulkan edema, hipertensi dan congestive
heart failure. Peningkatan tekanan darah terjadi oleh aktivasi system
rennin-angiotensin dan sekresi aldosteron oleh ginjal.
Pada beberapa pasien terjadi kecenderungan
kehilangan natrium sehingga memungkinkan terjadinya hipotensi dan hipovolemi.
Keadaan muntah dan diare dapat mengurangi produksi sodium dan air yang semakin
memperburuk kondisi uremia.
Asidosis metabolic
terjadi jika ginjal tidak mampu mengeluarhan peningkatan jumlah asam (ion H)
karena ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mengeluarkan ammonia dan reabsorbsi
bicarbonate. Tingkat calsium dan fosfat dalam serum berbanding terbalik karena
menurunnya laju filtrasi glomerulus.
Anemia terjadi
karena produksi eritropoietin oleh ginjal tidak mencukupi, usia sel darh merah
yang memendek, atau kurang nutrisi. Eritropoietin normal diproduksi oleh ginjal
dan diperlukan oleh sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah. Pada gagal
ginjal kronik terjadi penurunan produksi sel darah merah dan menimbulkan anemia
sehingga mengakibatkan kelemahan, angina, dan nafas pendek.
Penyakit tulang
karena uremia (renal osteo distropy) timbul akibat perubahan calsium, fosfat,
dan hormone yang tidak seimbang, juga menurunnya aktivitas metabolisme vitamin
d secara berangsur-angsur. Kadang-kadang proses kalsifikasi dalam tulang mengalmi
gangguan sehingga mengakibatkan osteomalasia.
Komplikasi
neurologist dapat terjadi karena hipertensi berat, ketidakseimbangan
elektrolit, intoksikasi air, efek obat-obatan serta gagal ginjal itu sendiri.
Manifestasi yang timbul bisa berupa gangguan fungsi mental, perubahan
kepribadian dan tingkah laku, kejang dan koma.
D. Manifestasi klinik
Pada gagal gimjal kronik terjadi gangguan mekanisme
homeostasis sehingga menimbulkan gangguan pada berbagai system tubuh, di
antaranya:
1. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi (karena retensi sodium dan
air, aktivasi system rennin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif
dan edema pulmonal karena kelebihan cairan, perikarditis karena penumpukan
racun uremic, pitting edema, gangguan irama jantung, nyeri dada, sesak nafas
2. Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, mual muntah,
cegukan, ulserasi di mulut hingga perdarahan, konstipasi atau diare.
3. Sistem integument
Terjadi pruritus. Ekimosis, kulit
kering, rambut mudah patah
4. Ssystem neurology dan otot
Terjadi perubahan kesadaran, tidak
mampu konsentrasi, kejang, kelemahan, disorientasi. Dapat terjadi kram,
fraktur, foot drop serta penurunan kekuatan otot.
5. system pernafasan
Dapat terjadi bunyi nafas crackles,
sputum kental, sesak nafas, nafas pendek bahkan nafas kussmaul.
6. System perkemihan
Terjadi penurunan jumlah urin,
nokturia, proteinuria
7. Gangguan lain
Osteodistrofi renal, hipokalsemia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia bahkan asidosis metabolik.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium: urinalisa, urem, creatinin, darah
lengkap, elektrolit, protein (albumin), CCT,analisa gas darah, gula darah
2. Radiology: foto polos abdomen, USG ginjal, IVP,
RPG, foto thoraks dan tulang
3. biopsy ginjal
4. ECG untuk mengetahui adanya perubahan irama
jantung
F. Penatalaksanaan
Tujuan
penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam
terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
- Penatalaksanaan konservatif
Meliputi pengaturan diet, cairan dan
garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan
hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi
komplikasi.
- Penatalaksanaan pengganti
Dialysis (hemodialisis, peritoneal
dialysis) transplantasi ginjal
G. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN CRF
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1.
|
Kelebihan volume cairan b.d.
adanya retensi air
|
Kelebihan
volume cairan dapat teratasi
Kriteria
hasil:
·
Tanda-tanda vital dalam batas normal dan stabil
·
Tidak ada edema
·
Jumlah urin sesuai dengan kondisi individu
·
Berat badan turun dan stabil
·
Hasil laboratorium normal
|
1.
Observasi tanda-tanda vital
2.
Monitor intake dan output cairan, balance tiap
24 jam
3.
Batasi intake cairan, sesuaikan dengan jumlah
urin
4.
Timbang berat badan tiap hari
5.
Observasi adanya edema pada area yang
menggantung (pitting edema)
6.
Auskultasi bunyi nafas dan denyut jantng
7.
Observasi adanya penurunan kesadaran, perubahan
status mental
8.
kolaborasi : pemberian terapi, konsul ahli gizi,
pemeriksaan laboratorium, foto thoraks, pemasangan kateter jika perlu,
persiapan dialysis.
|
2.
|
(Risiko) penurunan curah
jantung b.d.
·
perubahan volume sirkulasi
·
kerja jantung berlebihan
·
resistensi vaskuler perifer
·
perubahan frekuensi, irama dan konduksi otot
jantung karena ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia
|
Tidak
terjadi penurunan curah jantung / curah jantung kembali normal
Kriteria
hasil:
·
Tekanan darah dalam rentang normal
·
Irama dan frekuensi denyut jantung stabil, tidak
ada disritmia
·
Tidak ada sianosis
·
EKG normal
·
Toleransi aktivitas meningkat
·
Kapiler refill < 3 detik
|
1.
Monitor tekanan darah, bandingkan hasil
pengukuran pada tangan kiri dengan tangan kanan
2.
Auskultasi bunyi nafas dan denyut jantung
3.
Observasi warna kulit, kelembaban, suhu dan
kapiler refill
4.
Batasi aktivitas, Bantu klien dalam ADL
5.
Monitor respon klien terhadap pengobatan yang
diberikan
6.
Batasi intake natrium dan cairan
7.
Monitor EKG secara berkala
8.
Kolaborasi dalam pemberian terapi, pemeriksaan
laboratorium konsul ahli gizi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar