Selasa, 29 Mei 2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANGINA PECTORIS
A. PENGERTIAN
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis dimana klien mendapat serangan dada yang khas.yaitu seperti ditekan atau terasa berat didada yang sering kali Menjalar kelengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu klien melakukan suatu aktifitas dan segera hilang bila klien menghentikan aktifitas ( syaifullah,1998 :1082)
A. PATOFISIOLOGI
Angina pectoris dan/spasme pembuluh darah koroner
Penyempitan pembuluh darah koroner
Iskemia pada arteri koroner
Hipoxia otot jantung
Metabolisme aerob
Asam laktat meningkat
Asidosis reseptor syaraf nyeri terangsang
Fungsi ventrikel terganggu : nyeri daerah dada
Kontraksi miokardium
berkurang
Serabutserabutmemendek merangsang katekolamin
Daya dan kecepatan kontraksi
berkurang
Gerakan dinding miokardium
abnormal vasokontriksi perifer
Perubahan haemodinamik (TD & N meningkat )
Cardiak output menurun
Tekanan jantung meningkat
Tekanan pada paru paru meningkat
Sesak nafas
B. ETIOLOGI
Anemia –darah kurang membawa/mengandung o2
Hypoxsemia –untuk miokard
Policytemia – darah kental –aliran lambat
Kondisi yang meningkatkan cardiac output seperti:
- olah raga
- sress/emosi
- terlalu banyak makan
- anemia
- hypertiroidisme
- kondisi dimana miokard membutuhkan miokard O2 yang banyak seperti:
- hypertropy prostat
- stenosis aorta
- aortic insuffisiensi
C. KLASIFIKASI ANGINA PECTORIS
1. Angina pectoris stabil (chronik stable angina pectoris)
- pada angina stabil keluhan nyeri dada timbul hilang berulang kali dalam periode waktu lebih dari 2 bulan dan tidak berubah polanya dalan frekuensi serangan, lama dan beratnya rasa nyeri ataupun kondisi yang mencetuskan timbulnya serangan.
- Lamanya tiap serangan nyeri dada berkisar antara 3-5 menit dan jarang melebihi 10 menit.
- Latar belakang AP stabil adalah kebutuhan aliran darah koroner yang meningkat, misalnya pada waktu kerja fisik atau saat olah raga dan suplay coroner tidak dapat memenuhi kebutuhan aliran darah tersebut.
2. Angina pectoris tidak stabil
- AP tidak stabil yang sering disebut sebagai angina pre infark disebabkan aterosklerosis arteri koronaria yang disertai trombosis akibat terkoyaknya bercak aterom yang memperberatstenosis dan menghambat aliran koroner secara mendadak, sehingga akhirnya dapat menyebabkan miokard.
- Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa episode AP yang tidak stabil lebih disebabkan suplay aliran koroner yang cepat menurun.
3. Angina pectoris prinzmental
- serangan nyeri dada pada AP prinzmental terjadi pada waktu istirahat dan berlangsung selama 1-15 menit kadang sampai 20 menit.
- Seringkali timbul pada harian yang hampir sama
- Serangan nyeri dada tersebut kadang kal dapat dicetuskan oleh merokok sigaret atau karena emosi berat.
- AP prinzmental lebih disebabkan oleh spasme arteri koroneria yang menyertai ateroskerosis arteri tersebut.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Subyektif
a. perasaan tidak enak pada daerah dada substernal selama 1-4 menit berkurang dengan istirahat atau pemberian obat nitrat
nyeri dada seperti tertekan, terbakar, berat
dapat menjalar kebahu, punggung,
lengan,danleher sampai epigastrium
umumnya akibat faktor pencetus sbb : latihan fisik, kerja berat, emosi, makan , suhu yang dingin dan merokok
b. dyspneu / sesak nafas
c. mual / muntah
d. cemas
e. lemas
2. Obyektif
a. Tachicardi
b. hypotensi / hypertensi
c. tachipnoe
d. keringat dingin
E. PENATALAKSANAAN
1. mengurangi rasa sakit
- nitrogliserin ( ntg ) sublingual, tablet, iv
- calsium chanel bloker ( nifedipine )
2. meningkatkan suplay oksigen
- pemberian o2 melalui nasal kanul 4-5 liter/menit
- pemberian chanel bloker atau nitrat, jika ada spasme
- pemberian tranfusi darah, jika ada anemia
- pengontrolan disritmia
3. mengurangi kebutuhan oksigen miokard
- istirahatkan pasien/ menghentikan aktivitas
- pertahankan posisi bedrest selama nyeri dada
- pemberian nitrat ( mengurangi preload )
- pemberian beta bloker ( mengurangi hr dan kontraktilitas )
- pemberian calsium chanel bloker
- pengontrolan disritmia
- ciptakan lingkungan yang tenang
4. monitor terjadinya komplikasi
- infark miokard
- disritmiakongestif healt failure
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
EKG
Karakteristik ischemia : - depresi ST
- gelombang t terbalik
1. monitor holter
- yaitu ekg fortable
- ekg monitor 24 jan – pasien tetap mengerjakan harian
2. Angiografi koroner
Untuk melihat adanya penyempitan / sumbatan
3. pemeriksaan stress ( stress testing )
- mengayuh pedal sepeda yang diam atau berjalan pada tretmill, selama pemeriksaan ekg direkam
- resiko infark miokard yaitu < 1/500
- resiko kematian < 1/10000
F. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit masalalu
d. Kebiasaan sehari-hari
e. Pola aktifitas
f. Pola nutrisi
G. PEMERIKSAAN FISIK
Data subyektif yang berhubungan dengan nyeri :
a. lokasi dan durasi kedaerah lain –sering didaerah substernal
b. kwalitas nyeri : nyeri dapat mencekik atau rasa berat dalam dada
c. datang dan menetapnya rasa nyeri singkat
d. faktor-faktor pencetus sering karena :
- gerakan
- kepanasan
- kedinginan
- stress atau emosi
- makan banyak
e. gejala-gejala yang menyertai : gelisah, mual, diaphoresis
f. faktor-faktor yang meringankan : berkurang karena istirahat dan pemberian obat (nitrogliserin)
H. RENCANA KEPERAWATAN
Perubahan kenyamanan : nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot jantung.
Kriteria hasil :
Individu akan
1. Memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada.
2. Memperlihatkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri yang memuaskan.
Intervensi :
1. Tingkatkan pengetahuan
a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu, jika diketahui.
b. Menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui.
c. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur secara detail dengan menghubungkan ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan perkiraan lamanya terjadi nyeri.
2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.
3. Hubungkan penerimaan anda tentang respons individu terhadap nyeri.
a. Mengenali adanya rasa nyeri.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri.
c. Memperlihatkan bahwa anda sedang mengkaji nyeri karena anda ingin mengerti lebih baik (bukan untuk menentukan apakah nyeri tersebut benar-benar ada).
4. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau penanganannya.
5. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu dapat mengalami peningkatan atau penurunan nyeri (mis; keletihan meningkatkan nyeri, distraksi menurunkan nyeri).
a. Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa prihatinnya secara pribadi.
b. Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada individu yang mengalami nyeri.
c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
6. Berikan kesempatan kepada individu untuk istirahat selama siang dan waktu tidur yang tidak terganggu pada malam hari.
7. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi, bersamaan dengan metode lain untuk menurunkan nyeri.
8. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.
9. Ajarkan penurunan nyeri noninvasif
a. Relaksasi
- Intruksikan teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri.
- Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.
- Ajarkan teknik relaksasi khusus (mis; bernapas perlahan, teratur, dan napas dalam-kepalkan tinju-menguap)
b. Stimulasi kutan
- Bicarakan dengan individu berbagai metoda stimulasi kulit dan efek-efeknya pada nyeri.
- Bicarakan setiap metoda berikut ini dan tindakan kewaspadaannya:
Botol air panas
Bantalan pemanas listrik
Mandi rendam air hangat
Kantung panas lembab
Hangatnya sinar matahari
Selimut dari plastik diatas area yang sakit untuk menahan panas tubuh (mis;lutut, siku)
- Bicarakan setiap metoda berikut dan tindakan kewaspadaannya:
Handuk dingin (diperas)
Rendaman air dingin
Kantung es
Kantung jeli dingin
Masase es
- Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol dan masase/pijat punggung.
10. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
11. Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji efektifitasnya.
12. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga (mis; ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).
13. Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah, dan rasa frustrasinya di tempat tersendiri, pahami kesukaran situasi.
14. Berikan dorongan individu untuk membicarakan pengalaman nyerinya.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen : angina.
Kriteria hasil :
Individu akan :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas.
2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin).
3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan darah, pernapasan).
4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas.
Intervensi
1. Kaji respon individu terhadap aktivitas.
a. Ukur nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat.
b. Ukur tanda vital segera dan 3 menit setelah istirahat.
c. Hentikan aktivitas klien bila :
- Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo, kekacauan mental.
- Frekwensi nadi menurun.
- Tekanan sistolik menurun.
- Tekanan diastolik meningkat 15 mmHg.
- Frekwensi pernapasan menurun.
d. Kurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila.
- Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi awal (atau 6 denyut lebih cepat dari frekwensi awal).
- Frekwensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.
- Terdapat tanda-tanda hipoksia.
2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
a. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
b. Berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan status mobilitasnya.
c. Beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai.
d. Beri kesempatan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran pencapaian.
e. Tingkatkan toleransi dengan membiarkan klien melakukan aktivitas yang lebih lambat, lebih banyak istirahat, atau dengan banyak bantuan.
f. Secara bertahap tingkatkan aktivitas diluar tempat tidur 15 menit setiap hari, tiga kali sehari.
g. Izinkan klien untuk mengatur frekwensi ambulasi.
3. Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.
a. Luangkan waktu untuk istirahat.
b. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali hal ini memungkinkan.
c. Saat melakukan suatu aktivitas, istirahat setiap 3 menit selama 5 menit untuk membiarkan jantung pulih.
d. Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia.
4. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.
Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis : serangan jantung akut
Kriteria hasil
Seseorang akan :
1. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
2. Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis
3. Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas
Intervensi
1. Kaji ansietas : ringan, sedang, berat
2. Memberikan ketentraman dan kenyamanan hati
a. Tinggal bersama klien
b. Jangan atau meminta klien untuk membuat keputusan
c. Berbicara dengan tenang dan perlahan, menggunakan kalimat yang pendak dan sederhana
d. Waspada terhadap perhatian anda sendiri dan hindari ansietas yang timbal balik
e. Perlihatkan rasa empati (mis ; datang dengan tenang, menyentuh, membiarkan menangis, berbicara)
3. Singkirkan stimulasi yang berlebih (mis; tempatkan klien di ruangan yang lebih tenang); batasi kontak dengan orang lain
4. Apabila ansietas telah berkurang, bantu klien untuk mengenali ansietas dengan tujuan untuk mulai memahami atau memecahkan masalah
a. Berikan dorongan klien untuk mengingat dan menganalisa peristiwa ansietas serupa.
b. Gali perilaku alternatif apa yang mungkin telah digunakan jika kopingnya maladaptif.
5. Bantu klien yang sedang marah
a. identifikasi adanya marah (mis; perasaan frustasi, ansietas, ketidakberdayaan, adanya peka rangsang, berbicara meledak-ledak)
b. Kenali reaksi anda terhadap perilaku klien; waspadai perasaan anda sendiri dalam bekerja dengan individu yang sedang marah.
c. Bantu dalam membuat hubungan antara frustasi dengan perasaan selanjutnya.
d. Sebutkan batasan-batasan dengan jelas; katakan pada individu apa yang benar-benar diharapkan (mis; ”Saya tidak dapat membiarkan anda berteriak”[melempar benda-benda, dsb]).
e. Ketika menyebutkan perilaku yang tidak dapat diterima, berikan suatu alternatif (mis; beri ruangan yang tenang, aktifitas fisik, kesempatan untuk berkomunikasi dari hati ke hati)
f. Kembangkan strategi modifikasi perilaku; bicarakan dengan seluruh personil yang terlibat agar konsisten
g. Lakukan interaksi dengan klien apabila dia tidak banyak menuntut atau manipulatif
NB : Ma’af askep ini tidak bisa di kopi paste atau di print, dapatkan passwordnya atau file yang dapat di kopi paste dan di print di http://www.asuhankeperawatan.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar