Selasa, 29 Mei 2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI ILLEUS
A. DEFINISI
Obstruksi Illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. (Selvia A Price, Patologi)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Obstruksi Illeus, antara lain :
Kondisi traumatic, terutama setelah fraktur iga dan fraktur tulang belakang.
Perlekatan karena pembedahan sebelumnya, sekitar 50 % terjadi pada usia pertengahan dan orang tua
Tumor ganas
Volvulus (usus yang terpelintir), paling sering terjadi pada pria tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid
Hernia inguinalis atau femoralis
Benda asing, sering terjadi pada bayi dan anak
Kelainan konginetal
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala – gejala penting dari obstruksi Illeus adalah :
Nyeri daerah umbilicus
Muntah, sering terjadi bila obstruksi pada usus halus bagian atas
Konstipasi absolut dan peregangan abdomen
D. PATOFISIOLOGI
Volvulus yang menjadi penyebab obstruksi illeus secara progesif akan teregang oleh cairan dan gas akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 literr cairan diekskresi ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi mengakibatkan penimbunan di intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang, cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asiidosis metabolic. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permebialitas akibat nekrsosis, distensi absorbsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Peningkatan kadar Haemoglobin (indikasi dari dehidrasi), leukositosis, peningkatan PCO2 / asidosis metabolik
2. Rontgen abdomen
3. Sigmoidescopy
4. Colonoscopy
5. Radiogram barium
F. PENATALAKSANAAN
1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Intubasi dan dekompresi untuk menghilangkan peregangan dan muntah
3. Pembedahan
G. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Aktifitas / istirahat
Lemah, gelisah
3. Sirkulasi
Takikardia, berkeringat
4. Eliminasi
Perubahan warna urine dan feces, distensi abdomen
5. Makanan / cairan
Mual / muntah, nyeri epigastrium
6. Nyeri / kenyamanan
Adanya insisi pembedahan
7. Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal
8. Laboratorium
Antara lain : Hb/Ht, leukosit, trombisit, elektrolit, AGD
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1
2
3 Pola nafas tidak efektif b.d aanya nyeri
Ditndai oleh :
Takipnea
Perubahan kedalaman pernafasan, penurunan kapasitas vital
Menahan nafas, menolak untuk batuk
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d prosedur pasca bedah (puasa), kehilangan dari aspirasi nasogastrik, muntah
Gangguan integritas kulit b.d invasi pada tubuh (selang drainase)
Ditandai oleh :
Adanya luka operasi
Adanya selang drainase Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpkan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal
Tidak ada komplikasi pernafsan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :
Tanda vital stabil
Membran mukosa lembab
Turgor kulit/pengisian kapiler baik
Haluaran urine adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kulit utuh/meningkatnya penyembuhan luka
Criteria hasil :
Tidak ada komplikasi/infeksi
Kulit tidak rusak 1. Observasi frekuensi / kedalaman pernafasan
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Tunjukan pada klien cara menekan insisi dan anjurkan melakukan tekhnik batuk efektif
4. Tinggikan kepala tempat tidur, pertahankan posisi fowler rendah
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
1. Awasi masukan dan haluaran termasuk drainase dari NGT dan luka
2. Awasi tanda vital
3. Kaji membran mukosa, turgor kulit, nadi perifer dan pengisisn kapiler
4. Observasi tanda perdarahan
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium
6. Kolaborasi dalam pemberian cairan IV, produk darah
1. Periksa selang drainase, yakinkan aliran bebas
2. Pertahankan selang pada system penampungan tertutup
3. Observasi warna dan karakter drainase
4. Observasi adanya distensi abdomen
5. Ganti balut sesering mungkin bila perlu
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, seperti darah lengkap
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar