Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42 minggu dengan
berat badan lahir 2500 – 4000 gram.
2. Spesifikasi
Bayi Baru Lahir Normal.
1) Initial
ukuran dan vital sign.
Panjang
: Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.
Berat
: 2500 – 4000gram.
Suhu
: Ketiak = 36,5 – 37 ‘C.
Rektum = 35,5 – 37,5 ‘C.
Denyut Jantung : 110 – 160
x/m.
Respirasi :
40 – 60 x/m.
2) Kulit.
Kelihatan lembut, halus,
hampir transparan, elastis, bermukan merah, vernik caseosa dan lanuno sedikit.
3) Kepala.
Kepala fleksi ke dada,
tengkorak bertingkat, lembut, fontanella mayor 3 – 6 cm, fontanella minor 1 – 2
cm.
4) Leher.
Pendek dan lurus, bayi yang
tiarap dapat menahan leher, dengan memutar kepala dengan satu sisi lainnya,
bayi yang dalam posisi duduk memperlihatkan kemampuan sementara waktu untuk
menegakkan kepala. Lingkar kepala
OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm.
5) Mata.
Pupil berbentuk bulat, respon
terhadap cahaya langsung bereaksi.
6) Telinga.
Respon terhadap suara nyaring
dengan terkejut, membran timpani terlihat suram.
7) Hidung,
tenggorokan, dan mulut.
Bayi bernafas dengan hidung, dapat
bersin dan menangis dengan kuat, lidah terletak digaris tengah mulut, palatum
lengkap, refleks isap baik.
8) Dada dan
paru.
Lingkar dada 30,5 – 33 cm,
diameter anterior posterior dan lateral adalah sama, ujung xipoie anterior
menonjol pada puncak dari sudut iga, pernafasan
perut 40 – 60 x/m. sebentar lambat
dangkal atau dalam dan cepat dengan periode apneu 6 – 15 detik, suara nafas
jelas, nyaring, bronchovesikuler dan hipersonan, terkadang payudara mengeluarkan
sekret.
9) Punggung dan
ekstrimitas.
Tangan dan kaki mempunyai
ukuran, bentuk dan letak yang simetris, tubuh fleksi dan kedua tangan
menggenggam, tulang belakang lurus saat berbaring dan menapak pada posisi
berbaring telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan tidak terjadi dislokasi,
tonus otot baik terutama ketahanan terhadap posisi fleksi yang berlawanan dan
rentang penuh sendi utama.
10) Jantung.
Mengikuti kecendrungan
pernafasan, denyut jantung 110 – 160 x/m, bunyi jantung jelas dan teratur,
frekuensi tidak teratur, PMI mungkin terlihat dari interkosta ke 4 kiri dan
garis midklavikula, S1 lebih nyaring, S2 pada puncak dan S2 lebih nyaring dari
S1 di daerah pulmonal.
11) Perut.
Lunak dengan bentuk silinder,
menonjol, pada permukaan perut terlihat permukaan vena, ujung umbilikal kering
dan agak gelap, liver teraba kenyal, ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah
kosta iga kanan, ujung lien sepanjang pinggir dari sudut kuadran kiri atas,
ginjal bisa dipalpasi dalam dengan menekan sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal.
12) Genetalia wanita dan pria.
Labia mayora menutup labia
minora, klitoris sudah agak tetutup. Pada pria glans plenis ditutupi oleh kulit
dimana terdapat saluran uretra, tertis sudah dalam skrotum, urin terlihat
jernih.
13) Rektum.
Anus ada, mekonium ada,
refleks anus jelas.
3. Perawatan
Bayi Baru Lahir.
1) Pencegahan
hipotermia.
♦ Kurangi /
hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu
bayi.
2) Pemenuhan
nutrisi.
♦ Rawat gabung
dan ASI ekslusif yang adekuat.
3) Pencegahan
aspirasi.
♦ Tehnik
menyusui yang baik.
♦ Bersihkan
sekresi dari mulut dan tenggorokan.
♦ Ebservasi
vital sign dan keadaan umum.
4) Pencegahan
infeksi.
♦ Perawatan
yang steril.
♦ Personal
hygent.
ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI BARU LAHIR
1. Biodata.
1) Identitas
bayi.
2) Identitas
orang tua.
2. Riwayat
Kesehatan.
1) Riwayat
penyakit sekarang.
Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
2) Riwayat perinatal.
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
3) Riwayat
persalinan.
Cara persalinan, trauma persalinan.
3. Pemeriksaan
Fisik.
1) Keadaan
umum.
♦ Kesadaran.
♦ Vital sign.
♦ Antropometri.
2) Kepala.
Apakah ada trauma persalinan,
adanya caput, chepal hematom, tanda forcep.
3) Mata.
Apakah ada katarak, neonatal,
btenorhoe.
4) Sistem
gastrointestinal.
Apakah palatum keras dan
lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah / distensi abdomen, stomatitis,
BAB.
5) Sistem
pernafasan.
Apakah ada kesulitan bernafas,
takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas
6) Tali pusat.
Periksa apakah ada pendarahan,
tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ).
7) Sistem
genitourinaria.
Apakah hipospadia, epispadia,
testis, BAK,
8) Ekstrimitas.
Cacat bawaan, kelainan bentuk,
jumlah, bengkak, posisi / postur normal / abnormal.
9) Sistem
muskuluskletal.
Tonus otot, kekuatan otot,
kaku ?, lemah ?, asimetris.
10) Kulit
Pustula, abrasi, ruam ptekie.
4. Pemeriksaan
Fisik.
1) Apgar Score.
2) Frekuensi
kardiovaskuler.
Apakah takikardi, bradikardi /
normal.
3) Sistem
neurologis.
Refleks moro = tidak ada,
asimetris / hiperaktif.
4) Refleks mengisap
= kuat / lemah.
Refleks menjejak = baik /
buruk.
Koordinasi refleks menghisap
dan menelan.
5. Pemeriksaan
Laboratorium.
1) Sampel darah
tali pusat.
2) Jenis
ketonuria.
3) Hematokrit.
6. Diagnosa
Keperawatan.
1) Resiko
hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
2) Resiko
infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi.
3) Resiko
terhadap aspirasi.
7. Tujuan Dan
Kriteria.
1) Hipotermi
tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Suhu 36,5 ‘C
– 37,2 ‘C.
♦ Tubuh
kemerahan, tidak pucat.
2) Infeksi
tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Tidak ada
tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
♦ Bayi bebas
dari proses infeksi nosokomial
3) Aspirasi
tidak terjadi dengan kriteria:
♦ Pernafasan
normal.
♦ Sianosis
(-).
8. Intervensi
Keperawatan.
1) Diagnosa I.
♦ Kurangi /
hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu
bayi tiap hari.
♦ Ajarkan
keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
2) Diagnosa II.
♦ Lakukan
semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
♦ Observasi
mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
♦ Pertahankan
kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
♦ Observasi
talu pusat dan identifikasi peradangan.
♦ Jaga
personal hygent bayi.
♦ Minimalkan
perawatan tinggal di RS.
♦ Ajarkan
keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi.
3) Diagnosa
III.
♦ Bersihkan
sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara perlahan.
♦ Ajarkan
tehnik menyusui yang benar.
♦ Observasi
vital sign dan keadaan umum.
9. Daftar
Pustaka.
Pusdiknakes.
1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. DepKes RI;
Jakarta.
Carpenito,
Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
PENGKAJIAN
1. Identitas
Data.
a) Identitas
Bayi.
Nama
: By. R.
Jenis
Kelamin
: Perempuan.
No
RMK
: 51 55 69.
Anak
Ke
: 2
b) Identitas Orang
Tua.
Nama
ibu : Ny. R.
Umur
: 35 th.
Alamat
: Jl. Rantauan.
Pendidikan : SPd.
Pekerjaan : Guru SMP.
Agama
: Islam.
Nama
ayah : Tn. A.
Umur
: 36 th.
Alamat
: Jl. Rantauan.
Pendidikan : S1 Biologi.
Pekerjaan : Guru SMU.
Agama
: Islam.
2. Riwayat
Kehamilan Dan Kelahiran.
1) Pre Natal.
Ibu klien mengatakan
memeriksakan kehamilan ( ANC ) sebanyak 3 kali di puskesmas ( bulan ke 2, 6, 8 )
ibu mendapatkan imunisasi TT. Tidak ada keluhan atau penyakit yang dirasakan
ibu.
2) Intra Natal.
Klien lahir tanggal 05
februari 2004 jam 00.10 dan masa gestasi 42 minggu, status gestasi G2 P2 A0,
klien dilahirkan secara spontan dengan posisi belakang kepala yang ditolong
oleh bidan Ety N di RSUD Ulin Banjarmasin.
3) Post Natal.
Keadaan umum saat lahir = bayi
tidak langsung menangis, gerak kurang aktif, kulit kemerahan, ekstrimitas
kebiruan dan nilai apgar 5 – 6 – 8 , jenis kelamin wanita, BB = 4100 gram, PB =
52 cm.
3. Genogram.
Keterangan:
= Laki-laki.
= Perempuan.
= Klien.
4. Kebutuhan
Dasar.
1) Status
hidrasi dan nutrisi.
Masukan cairan melalui ASI on
demand. Refleks hisap menelan bayi baik.
2) Istirahat
dan tidur.
Bayi tampak sering mengantuk
dan tidur lelap.
3) Personal
hygent.
Mandi 2 x/hr, kasa penutup
tali pusat selalu diganti setelah mandi.
4) Eliminasi.
Pengeluaran urin dan mekonium
( + ).
5. Pemeriksaan
Fisik.
1) Keadaan
Umum.
Kesadaran compos mentis, TTV:
TD : -, HR: 154 x/m, R: 45 x/m, S: 36,8’C.
Pemeriksaan antropometri:
BB: 4100
gram. Lingkar
kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31.
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
2) Kulit.
Warna kulit kemerahan, turgor
kulit baik (kulit kembali kurang dari 3 dtk setelah dicubit), capilary
repailling time (CRT) kurang dari 3 dtk, vernik caseosa sudah dibersihkan,
warna kulit tidak joundis dan sianosis, suhu kulit 36,8 ‘C.
3) Kepala dan
Leher.
Tidak terdapat caput dan
chepal hematom, tidak terdapat mikrosepal dan hidrosepalus, tidak terdapat
moulage, lingkar kepala OB: 41, OS: 37, OK: 31.
Bentuk kepala dan leher
normal.
4) Mata.
Posisi kedua mata simetris,
sekret tidak ada, sklera tidak ikterik, reaksi pupil mengecil terhadap cahaya,
konjunctiva tidak anemis, tidak ada strabismus.
5) Hidung.
Tampak simetris, tidak
terlihat sekret dan polip, tidak tampak peradangan dan pendarahan hidung.
6) Telinga.
Struktur telinga kanan dan
kiri simetris, tidak terlihat adanya peradangan dan pendarahan dalam telinga ,
kebersihan telinga baik.
7) Mulut.
Warna mukosa mulut tampak
merah, warna bibir merah, refleks hisap baik, refleks menelan baik, tidak
tampak peradangan dan pendarahan pada gusi.
8) Dada,
pernafasan dan sirkulasi.
Frekuensi nafas 45 x/m,
pergerakan diding dada tampak simetris, irama pernafasan teratur, tipe
pernafasan dada dan perut, tidak ada batuk produktif, tidak terpasang oksigen,
frekuensi nadi = 154 x/m.
9) Abdomen.
Tali pusat terbungkus kasa
steril, tidak ada asites pada abdomen, dan tidak teraba pembesaran hati.
10) Genetalia.
Jenis kelamin perempuan, tidak
ada kelainan bentuk vagina, pengeluaran urin dan mekonium ( + ).
11) Ekstrimitas.
Ekstrimitas atas dan bawah
tampak simetris, refleks moro ( + ), rooting ( + ), graffs ( + ), tonus leher (
+ ), sucking ( + ), staffing ( + ), babinski ( + ), tidak ada fraktur, gerak
aktif.
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
2.
|
DS :
-
DO:
♦ Kesadaran compos mentis.
♦ TTV: TD:
-
S: 36,8 ‘C.
HR: 154
x/m. R: 45 x/m.
♦ Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS:
37, OK: 31
♦ Masa gestasi 42 minggu.
♦ Bayi menangis kuat, gerak aktif.
♦ Warna kulit kemerahan.
♦ Apgar score 5 – 6 – 8.
♦ Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)
DS :
-
DO:
♦ Kesadaran compos mentis.
♦ TTV: TD:
-
S: 36,8 ‘C.
HR: 154
x/m. R: 45 x/m.
♦ Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS:
37, OK: 31
♦ Pada tali pusat tidak ada kemerahan, bengkak, nyeri, demam dan gangguan
fungsi lokal.
♦ Warna kulit kemerahan.
♦ Apgar score 5 – 6 – 8.
♦ Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)
♦ Keadaan tali pusat tampak basah dan berwarna putih segar.
♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat ( bau, pus, panas,
kemerahan ).
♦ Tidak ada pendarahan
♦ Tali pusat terbungkus kasa
|
Resiko hipotermi
Resiko infeksi tali pusat
|
Regulasi suhu tubuh tak
efektif sekunder terhadap usia
Peningkatan kerentanan bayi
sekunder terhadap luka terbuka (umbilikus)
|
PROSES KEPERAWATAN
No
|
Dx
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
2.
|
I
II
|
Resiko tinggi hipotermi
tidak terjadi dalam 3 hari perawatan.
Kriteria evaluasi:
1) Suhu tubuh
bayi dalam batas normal (
36,5 ‘C – 37,5 ‘C )
2) Tidak
terdapat tanda-tanda hipotermi (stress, dingin) seperti pucat, tremor, kulit
dingin, letargi dll
Resiko tinggi infeksi tidak
terjadi dalam 3 hari perawatan
Kriteria evaluasi:
1) Suhu tubuh
bayi dalam batas normal ( 36,5 ‘C – 37,5 ‘C ).
2) Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat ( eksudat, bau, pendarahan, basah,
pus dll )
|
1) Ukur suhu
tubuh bayi baru lahir.
2) Observasi
tanda-tanda hipotermi ( stress, dingin ) seperti pucat, tremor, kulit dingin,
letargi dll.
3) Berikan
cairan oral dini pada bayi ASI on demand dan susu.
4) Pertahankan
suhu tubuh bayi dari pernafasan lingkungan.
♦ Mandikan bayi setelah 6 jam pertama dengan air hangat dan tidak terlalu
lama, keringkan segera.
♦ Olesi badan bayi dengan minyak telon.
♦ Beri pakaian hangat ( bahu –popok ).
♦ Selimuti (bedong) bayi dengan selimut hangat dan pasang kelambu pada
ranjang.
♦ Letakkan keranjang bayi dilingkungan yang hangat tidak ber AC.
5) Menjaga
lingkungan sekitar dan tubuh bayi agar tetap kering.
♦ Mengganti kain popok yang basah oleh urin dan mekonium sesegera mungkin.
♦ Membersihkan pantat, genetalia, lipatan paha dan mengeringkan nya
kemudian ditaburi bedak
1) Cuci
tangan sebelum memasuki ruang perawatan bayi dan ingin memegang bayi.
2) Rawat tali
pusat dengan bahan anti septik.
3) Ganti
balutan tali pusat 2 x/hr.
4) Observasi
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
5) Jaga
kebersihan lingkungan sekitar bayi.
6) Pertahankan
pemasukan ASI on demand.
7) Pelihara
peralatan individual dari bahan-bahan persediaan untuk bayi.
8) Anjurkan
menghindari kontak dengan anggota keluarga atau pengunjung yang mengalami
infeksi atau pain terpajan dari proses infeksi
|
1) Mendeteksi
penyimpangan suhu tubuh dari rentang normal dan suhu tubuh bayi baru lahir
biasanya berfluktuasi dengan cepat sesuai perubahan suhu lingkungan.
2) Hipotermi
mengakibatkan peningkatan laju penggunaan O2 dan distres pernafasan.
Pendinginan juga mengakibatkan vasokonstriksi perifer ini terlihat kulit
menjadi pucat.
3) Setiap
peningkatan 1 ‘C suhu tubuh metabolisme dan kebutuhan cairan meningkat
kira-kira 10 %, kegagalan menggantikan kehilangan cairan selanjutnya
memperberat status hidrasi.
4) Membantu
mengurangi kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi serta membatasi
stress, akibat perpindahan lingkungan dari intrauterus ke ekstruterus.
5) Mencegah
kehilangan panas melalui konduksi, dimana panas tubuh dipindahkan dari kulit
bayi baru lahir keobjek/ benda/permukaan yang lebih dingin dari pada kulit
bayi
1) Mencuci
tangan yang benar adalah faktor tunggal yang paling penting dalam melindungi
bayi dari infeksi dan meminimalkan introduksi bakteri dan penyebaran infeksi.
2) Memelihara
dan mempertahankan kebersihan area luka serta mencegah terjadinya infeksi.
3) Mempertahankan
balutan baru yang bersih guna menyerap cairan yang dikeluarkan oleh tali
pusat dan mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tali pusat.
4) Mengetahui
secara dini adanya kemungkinan terjadinya infeksi pada tali pusat.
5) Membuat
suasana/lingkungan tidak cocok dengan daur hidup bakteri.
6) Kolostrom
dan ASI mengandung sekretorius IgA dalam jumlah tinggi yang memberikan
imunitas bentuk pasif serta makrofag dan limfosit yang membantu mengembangkan
respons inflamasi lokal.
7) Membantu
mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui kontak langsung atau
infeksi.
8) Karena
neonatus lebih rentan bila dipajankan pada beberapa infeksi
|
No
|
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
2.
|
I
II
|
Kamis, 05 februari 2004.
(Pukul 11.00 WITA)
1) Mengukur
TTV:
R: 45 x/m.
N: 154 x/m.
S: 36,8 ‘C.
2) Mengukur
Antropometri.
BB: 4100
gram. OB: 41 cm.
PB: 52
cm.
OS: 37 cm.
LD: 35
cm.
OK: 31 cm.
3) Membedong
bayi.
Kamis, 05 februari 2004.
(Pukul 11.00 WITA)
1) Mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan dan memegang bayi.
2) Mengobservasi
tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi.
|
S
:
♦ -
O :
♦ Pasien tampak merah pada wajah dan tubuhnya.
A :
♦ Masalah
resiko hipotermi teratasi sebagian.
P
:
♦ Intervensi
diteruskan:
1) Observasi
TTV terutama suhu tubuh.
2) Beri
pakaian hangat / tebal (dibedong).
3) Ganti
pakaian jika pakaian basah.
S
:
♦ -
O :
♦ Tidak
tampak tanda-tanda infeksi (pus, bau, basah, pendarahan dan panas).
♦ Tali pusat
tampak terbungkus kasa steril.
A :
♦ Masalah
resiko infeksi teratasi sebagian.
P
:
♦ Intervensi
diteruskan:
1) Ganti balutan
tali pusat 2 x/hr sesudah mandi.
2) Jaga
kebersihan.
3) Lakukan
tehnik septik dan anti septik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar